Kamis, 25 November 2010

Rasio-Rasio Keuangan Dalam Manajemen

Oleh : Rodes (Accounting 2008 UMY)

BAB I


PENDAHULUAN






Di era globalisasi dan persaingan bebas seperti sekarang ini hanya perusahaan yang inovatif dan memiliki strategi bisnis yang baik saja yang akan bisa bertahan. Perusahaan yang mampu menarik pasar dengan produk-produk inovatif dengan harga kompetitiflah yang bisa menguasai pasar. Strategi dan inovasi yang didukung dengan manajemen keuangan dan manajemen risiko akan membawa sebuah perusahaan mencapai titik keemasan. Strategi melalui



manajemen keuangan adalah cara-cara yang dilakukan sebuah perusahaan dalam menciptakan dan menjaga nilai ekonomis dari perusahaannya. Strategi yang dibuat adalah setiap hal yang dilakukan dengan tujuan menciptakan kekayaan sebanyak-banyaknya untuk kepentingan pemegang saham. Sehingga pada intinya apapun yang akan dilakukan suatu perusahaan harus difokuskan pada penciptaan kekayaan. Setiap strategi yang dilakukan perusahaan akan tercermin pada kekayaan yang dimiliki perusahaan. Dengan rasio keuangan, kita dapat mengerti apa yang telah dicapai perusahaan, bagaimana posisi keuangannya sekarang, dan apa saja kelemahan dan kekuatan keuangan perusahaan. Rasio keuangan dapat memberikan informasi mengenai keuangan perusahaan yang berguna bagi manajemen perusahaan melalui dua cara. Pertama, kita dapat meneliti dan membandingkan rasio-rasio keuangan perusahaan dari tahun ke tahun, misalnya dalam jangka waktu tiga atau lima tahun terakhir. Kedua, kita dapat membandingkan rasio keuangan perusahaan dengan perusahaan lain yang sejenis.

BAB II


PEMBAHASAN


PT. International Nickel Indonesia Tbk (PT. Inco) adalah salah satu produsen nikel utama dunia. Selama hampir 40 tahun, sejak penandatanganan Kontrak Karya dengan Pemerintah Indonesia pada tahun 1968, PT Inco telah memberikan lapangan kerja dan pelatihan, telah menunjukkan kepedulian terhadap kebutuhan masyarakat di lingkungan tempat PT. Inco beroperasi, telah menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham kami dan telah memberikan sumbangsih bagi kemakmuran bangsa dan rakyat Indonesia. Perseroan didirikan pada bulan Juli 1968 sebagai anak perusahaan yang sepenuhnya dimiliki Vale Inco Limited dan menandatangani kontrak karya dengan Pemerintah Indonesia pada tanggal 27 Juli 1968. Setelah penandatanganan Kontrak Karya tersebut, PT. Inco mulai mengeksplorasi daerah Kontrak Karya seluas 6,6 juta hektar yang mula-mula diberikan. Luas daerah Kontrak Karya PT. Inco saat ini adalah 218.529 hektar, kurang dari lima persen dari luas Kontrak Karya mula-mula. PT Inco memproduksi nikel dalam matte dari bijih laterit di fasilitas pengolahan yang terintegrasi dengan fasilitas penambangan di dekat Sorowako di Pulau Sulawesi. Nikel dalam matte adalah produk setengah jadi dengan kandungan rata-rata nikel sebesar 78 persen, sulfur sebesar 20 persen dan kobalt sebesar 2 persen. Seluruh produksi PT Inco dijual dalam dolar Amerika Serikat berdasarkan kontrak jangka panjang. Kekuatan daya saing PT Inco terletak pada cadangan bijih yang melimpah, tenaga kerja terampil yang terlatih dengan baik, listrik tenaga air yang berbiaya rendah, dan adanya kepastian pasar untuk produk yang dihasilkannya. Pada tahun 2007 PT Inco mendapat kehormatan menerima sejumlah penghargaan yang mencerminkan komitmen terhadap kinerja yang kuat, komunikasi yang efektif, dan kepekaan terhadap kebutuhan masyarakat tempat PT. Inco beroperasi

• Penghargaan dari majalah Investor pada tahun 2007 sebagai perusahaan dengan kinerja terbaik di antara 330 perusahaan yang terdaftar pada Bursa Saham Indonesia, berdasarkan kinerja keuangan dan harga saham.

• Peringkat perusahaan-perusahaan terbaik pada tahun 2007 menurut majalah Finance Asia menampilkan PT Inco sebagai organisasi kedelapan dengan pengelolaan terbaik dan kami menempati posisi kedua di antara perusahaan-perusahaan yang dinilai paling berkomitmen terhadap kebijakan dividen yang kuat.

• Kami dipilih oleh majalah bisnis terkemuka Indonesia, SWA, sebagai salah satu dari 25 perusahaan dengan sistem teknologi informasi terbaik yang mendukung dan mendorong kegiatan usaha yang efektif.

1. Analisis Laporan Keuangan

Meneliti kondisi keuangan perusahaan menggunakan rasio-rasio keuangan artinya membandingkan akun-akun yang ada dalam laporan keuangan untuk mendapatkan rasio-rasio yang diinginkan. Rasio yang dihitung untuk mengetahui kondisi keuangan PT. International Nickel Indonesia adalah rasio likuiditas perusahaan, rasio profitabilitas perusahaan, rasio keputusan pendanaan dan rasio tingkat pengembalian ekuitas. Untuk dapat menghitungnya maka diperlukan akun-akun dalam laporan keuangan PT. INCO sebagaimana ditampilkan pada tabel 2.1. Angka-angka dalam tabel inilah yang digunakan untuk menghitung rasio-rasio tersebut.

Tabel 1 .

(dalam ribuan US$)






















































































































PT. International Nickel Indonesia
No. Akun 2007 2006 2005 2004
1aktiva lancar636,516905,320458,646461,898
2kewajiban lancar251,762196,863125,820203,016
3piutang usaha159,365276,03082,94463,119
4penjualan kredit2,325,8581,337,735885,087792,083
5hpp682,867569,913442,633357,177
6persediaan137,783121,43191,32979,198
7pendapatan usaha (laba operasional)1,588,447735,641421,763417,401
8total aktiva1,887,1962,122,7321,642,2741,619,914
9aktiva tetap bersih1,244,2941,210,6891,178,0191,152,064
10total utang500,668439,954353,109475,829
11beban bunga1,5031,9905,4805,161
12pendapatan bersih1,173,036513,358268,920284,431
13ekuitas pemegang saham1,386,5281,682,7781,289,1651,144,085

Untuk dapat menilai kondisi keuangan perusahaan kita dapat membandingkan rasio-rasio keuangan tahun ini dengan tahun-tahun sebelumnya. Selain itu agar kita dapat mengetahui kondisi perusahaan yang sebenarnya kita juga harus membandingkan keuangan perusahaan dengan perusahaan lain yang bergerak di usaha sejenis. Membandingkan kondisi perusahaan dengan perusahaan lain berarti menggunakan rasio rata-rata yang disebut norma industri.

Norma industri yang dipakai untuk menganalisis kondisi keuangan PT. International Nickel Indonesia di sini adalah norma industri yang didapat dari hasil rata-rata perusahaan yang bergerak di sector usaha pertambangan nikel yaitu hasil rata-rata rasio rasio keuangan PT. INCO, PT. Petrosea yang bergerak di sektor usaha pertambangan nikel dan PT. ANTAM.

Tabel 2. Norma Industri Pertambangan



























































































































Norma Industri
Tahun 2007 2006 2005 2004
Likuiditas perusahaan
Rasio Lancar2.9053.2281.9502.740
Rasio Cepat2.4512.7271.5172.478
Periode Penagihan Rata-rata25.75147.09667.27363.795
Perputaran Piutang Usaha14.1747.7505.4265.721
Perputaran Persediaan0.5010.5910.6900.683
Profitabilitas Perusahaan
Tingkat Pengembalian Investasi dari Laba Usaha0.4970.2480.1660.142
Marjin Laba Usaha0.4500.3510.2690.276
Perputaran Total Aktiva1.0260.7610.8850.784
Perputaran Piutang Usaha110.66419.7837.1548.127
Perputaran Persediaan10.84313.12317.35317.384
Perputaran Aktiva Tetap2.6991.7362.3703.194
Keputusan Pendanaan
Rasio Utang0.2230.2400.1640.155
Rasio Laba terhadap Beban Bunga372.944150.69447.60780.876
Pengembalian Atas Ekuitas
Tingkat Pengembalian Ekuitas0.5080.2510.1680.172

2. Kondisi Keuangan Perusahaan

Kondisi keuangan perusahaan dapat digambarkan dengan pertanyaan-pertanyaan berikut ini

1. Seberapa likuid perusahaan?

2. Apakah manajemen menghasilkan laba operasi yang pantas atas aktivas perusahaan?

3. Bagaimana perusahaan membiayai aktivanya?

4. Apakah pemegang saham biasa menerima pengembalian sesuai atas investasi mereka?

1. Rasio Lancar

Pada tahun 2007 PT. INCO memiliki rasio lancar 2,528. Dibandingkan dengan tahun 2006, rasio lancar PT. INCO mengalami penurunan. Kondisi rasio lancar pada tahun

2004 ke 2005 mengalami kenaikan hingga ke tahun 2006, namun pada tahun 2007 kondisi rasio lancar PT. International Nickel Indonesia mengalami penurunan yang drastis. Hal ini berarti kemampuan PT. International Nickel Indonesia untuk melunasi kewajiban lancar dengan aktiva lancar yang dimilikinya mengalami penurunan. Rasio lancar PT. International Nickel Indonesia tahun 2007 pun lebih rendah bila dibandingkan dengan norma industri. Rasio lancar norma industri tahun 2007 adalah 2,905 sedangkan PT. International Nickel Indonesia 2,528. Hal ini berarti kemampuan PT. International Nickel Indonesia untuk melunasi kewajiban lancarnya lebih rendah apabila dibandingkan dengan perusahaan pesaingnya.

2. Rasio Cepat

Rasio cepat PT. International Nickel Indonesia selama empat tahun terakhir tidak mengalami fluktuasi yang signifikan. Pada tahun 2007 berada pada posisi 1,981. Pada tahun ini mengalami sedikit penurunan dibandingkan dengan tahun sebelumnya dan bila dibandingkan dengan norma industri sebesar 2,451 maka dapat dikatakan kondisi keuangan perusahaan tidak likuid dibanding dengan perusahaan pesaingnya.





3. Periode Penagihan Rata-rata

Periode Penagihan Rata-rata PT. International Nickel Indonesia pada tahun 2007 adalah 25,009 hari, lebih rendah dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Bila dibandingkan dengan industri sejenisnya maka kondisi perusahaan memiliki periode penagihan lebih kecil dibandingkan dengan norma industri sebesar 25,751 hari pada tahun 2007. Bila dihitung maka PT. International Nickel Indonesia dalam setahun memiliki perputaran piutang 14,5847 (365 hari: 25.009) sedangkan industri sejenisnya memiliki perputaran piutang 14,174 kali. Hal ini berarti PT. International Nickel Indonesia membutuhkan waktu lebih cepat untuk menagih piutang-piutangnya tahun 2007 dibandingkan dengan tahun lalu dan dibandingkan dengan perusahaan sejenis.

4. Perputaran Piutang Usaha

Pada tahun 2007, rasio perputaran piutang usaha PT. International Nickel Indonesia adalah 14,595 kali per tahun, yaitu tiga kali lebih besar dari tahun 2006, hal ini menunjukkan bahwa PT. International Nickel Indonesia membutuhkan waktu lebih

cepat dibanding tahun 2006. Bila dibandingkan dengan norma industri sebesar 14,174 maka dapat dikatakan perusahaan memiliki perputaran piutang usaha yang lebih cepat dibandingkan dengan perusahaan sejenisnya atau dengan kata lain perusahaan membutuhkan waktu lebih cepat untuk menagih piutang-piutangnya dibanding perusahaan lain yang sejenis.

5. Perputaran Persediaan

PT. International Nickel Indonesia pada tahun 2007 memiliki perputaran persediaan sebesar 0,294 artinya dalam satu tahun perusahaan memutar persediaannya sebesar 0,294 kali atau dengan kata lain perusahaan menjual persediaan rata-rata dalam 365,294 hari (365 hari : 0,294) sedangkan rata-rata perusahaan sejenisnya memerlukan waktu 728,542 hari (365 hari : 0,501). Berdasarkan lima rasio likuiditas di atas maka dapat disimpulkan bahwa perusahaan memiliki rasio lancar dan rasio cepat yang rendah, hal ini menunjukkan bahwa perusahaan memiliki aktiva lancar yang rendah untuk dapat memenuhi kewajiban 12 bulan selanjutnya dibandingkan dengan rasio tahun lalu dan rasio likuiditas perusahaan sejenis. Tetapi perusahaan membutuhkan waktu lebih sedikit untuk menagih piutang-piutangnya dibandingkan dengan perusahaan sejenis. Di sisi lain perputaran persediaan perusahaan menunjukkan perusahaan lebih likuid dibandingkan dengan perusahaan sejenisnya. Dengan perbandingan-perbandingan tersebut maka dapat dikatakan kondisi perusahaan cukup likuid dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan sejenisnya. Dapat dikatakan bahwa perusahaan berada dalam kondisi yang mampu untuk memenuhi kewajiban lancarnya dengan aktiva lancar selama 12 bulan ke depan dan para kreditur dapat yakin bahwa perusahaan akan mampu memenuhi semua kewajiban lancarnya dalam jangka waktu 12 bulan.

A.Profitabilitas Usaha

1.Tingkat pengembalian investasi dari Laba Usaha

Pada tahun 2007 PT. International Nickel Indonesia memiliki tingkat pengembalian investasi dari laba usaha sebesar 0.842 atau 84,2%, nilai ini lebih besar dari tahun 2006 dan menunjukkan telah terjadi perubahan yang sangat signifikan. Angka yang lebih

besar di tahun 2007 ini berarti pada tahun ini PT. International Nickel Indonesia memiliki memiliki tingkat pengembalian yang lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. Bila dibandingkan dengan norma industri sebesar 49,7% maka PT. International Nickel Indonesia memiliki tingkat pengembalian investasi dari laba usaha yang jauh lebih baik bila dibandingkan dengan perusahaan sejenis.

2. Margin Laba Usaha

Bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, mulai dari tahun 2005, margin laba usaha PT. International Nickel Indonesia mengalami kenaikan walaupun tidak signifikan. Kenaikan ini berarti PT. International Nickel Indonesia dari tahun ke tahun memiliki daya saing yang meningkat karena dapat sangat efektif dalam mengatur lima komponen margin usaha. Komponen penggerak margin usaha adalah jumlah unit produksi yang dijual, rata-rata harga jual tiap unit , beban produksi atau beban perolehan produk, kemampuan mengendalikan beban administrasi dan umum, dan kemampuan mengendalikan beban pemasaran dan distribusi produk perusahaan. Apabila dibandingkan dengan industry sejenis yang memiliki norma industri tahun 2007 yang sebesar 0,450 maka dapat dikatakan bahwa PT. International Nickel Indonesia jauh lebih kompetitif dibandingkan dengan perusahaan pesaingnya.



3. Perputaran Total Aktiva

Pada tahun 2007 perputaran total aktiva PT. International Nickel Indonesia adalah 1,232. Artinya dengan asset sebesar $1 PT.INCO mampu menghasilkan $1,232. Bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya nilai perputaran total asset PT. International Nickel Indonesia terus mengalami peningkatan mulai dari $0,489/$1 aset, hingga di tahun 2007 menjadi $1,232/$1 aset. Hal ini berarti dari tahun ke tahun PT. International Nickel Indonesia makin mampu menggunakan aktivanya secara lebih efisien untuk menghasilkan tingkat penjualan yang lebih tinggi.

Apabila dibandingkan dengan industri pesaingnya pun PT. International Nickel Indonesia masih lebih efisien pada tahun 2007. Rata-rata perusahaan sejenis memiliki

rasio 1,026 sedangkan PT. International Nickel Indonesia lebih efisien sebesar 0,2 point yaitu $1,232/$1 aset.

4. Perputaran piutang

Perputaran piutang PT. International Nickel Indonesia mengalami fluktuasi yang signifikan dari tahun ke tahun. Tahun 2007 berada di posisi 14,595 meningkat jauh dibandingkan dengan tahun 2006. Tetapi apabila dibandingkan dengan industri sejenis, dengan norma industry sebesar 110,664 PT. International Nickel Indonesia mempunyai perputaran piutang yang sangat rendah. Hal ini bias diartikan bahwa PT. International Nickel Indonesia belum memiliki cara-cara yang baik untuk bisa menagih piutang usahanya dibandingkan dengan rata-rata perusahaan sejenisnya.

5. Perputaran Persediaan

Perputaran persediaan tahun 2007 lebih besar daripada tahun 2006. Namun perputaran persediaan PT. International Nickel Indonesia lebih rendah dari perusahaan sejenisnya. Hal ini berarti PT. International Nickel Indonesia lebih baik dalam mengelola persediaan dibandingkan dengan perusahaan pesaingnya. PT. International Nickel Indonesia pada tahun 2007 memiliki perputaran persediaan sebesar 0,294 artinya dalam satu tahun perusahaan memutar persediaannya sebesar 0,294 kali atau dengan kata lain perusahaan menjual persediaan rata-rata dalam 365,294 hari (365 hari : 0,294) sedangkan rata-rata perusahaan sejenisnya memerlukan waktu 728,542 hari (365 hari : 0,501).





6. Perputaran Aktiva Tetap

Rasio perputaraan aktiva tetap PT. International Nickel Indonesia pada tahun 2007 adalah 1,869. Dari tahun ke tahun rasio perputaran aktiva tetap mengalami peningkatan dari tahun 2004 sebesar 0,688 menjadi tiga kali lipatnya di tahun 2007 sebesar 1,869 ini berarti perusahaan makin efisien dalam mengelola aktiva tetap. Tetapi jika dibandingkan dengan norma industri tahun 2007 sebesar 2,699 maka dapat diambil kesimpulan bahwa pada tahun 2007 PT. International Nickel Indonesia kurang efisien dalam mengelola aktiva tetapnya dibandingkan dengan perusahaan sejenisnya.

7. OIROI

OIROI (operating income return on investment) adalah hasil kali antara margin laba usaha dengan perputaran total aktiva. OIROI = margin laba usaha x perputaran total aktiva

OIROI = x OIROI PT. International Nickel Indonesia adalah OIROI2007 = 0,683 x 1,232 = 0,841456 = 0,842 OIROI2006 = 0,550 x 0,630 = 0,3465 = 0,347 OIROI2005 = 0,477 x 0,539 = 0,257103 = 0,257 OIROI2004 = 0,527 x 0,489 = 0,257703 = 0,258 Sedangkan OIROI berdasarkan norma industri adalah OIROI2007 = 0,450 x 1,026 = 0,4617 = 0,462 OIROI2006 = 0,351 x 0,761 = 0,26711= 0,267 Berdasarkan perhitungan-perhitungan di atas, dapat dilihat bahwa OIROI PT. International Nickel Indonesia mengalami kenaikan dari tahun ke tahun sejak tahun 2004 dan pada tahun 2007 mencapai titik 0,842. Hal ini berarti makin lama PT. International Nickel Indonesia makin baik dalam mengelola keuangan perusahaan. Perusahaan makin efisien dan makin mampu menghemat biaya produksi dan biaya opersional yang ditandai dengan margin laba usaha yang makin meningkat. Tapi sayangnya perusahaan kurang efisien dalam mengelola aktiva tetapnya jika dibandingkan dengan perusahaan sejenisnya.

B. Keputusan Pendanaan

1. Rasio Utang

Ketika kita akan mencari tahu tentang bagaimana perusahaan mendanai aktivanya kita dapat melihat rasio utang perusahaan. Dengan melihat rasio utang, kita dapat mengetahui berapa persentase pendanaan aktiva dengan utang kemudian kita dapat membandingkannya dengan perusahaan sejenisnya.

Pada tahun 2007 rasio utang PT. International Nickel Indonesia adalah 26,5%. Sedangkan pada tahun sebelumnya berada pada posisi 20,7%. Sejak tahun 2004 dapat dilihat bahwa rasio utang rata-rata perusahaan berada pada kisaran 23%. Apabila

dibandingkan dengan norma industri 2007 sebesar 22,3% maka dapat diambil kesimpulan bahwa perusahaan lebih banyak membiayai aktivanya dengan utang dibandingkan dengan perusahaan lain yang sejenis.

2. Rasio Laba terhadap Beban Bunga

Rasio ini digunakan untuk menguji posisi utang perusahaan. Rasio laba terhadap beban bunga dihitung untuk melihat seberapa mampu perusahaan memenuhi kewajibannya membayar beban bunga. Pada tahun 2007 rasio laba terhadap beban bunga PT. International Nickel Indonesia adalah 1056,851 kali. Pada tahun sebelumnya rasio ini hanya 369,669 dan dapat kita lihat sejak tahun 2003 rasio laba terhadap beban bunga mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Hal ini berarti perusahaan makin mampu memenuhi kewajiban membayar beban bunganya. Jika dibandingkan dengan perusahaan sejenisnya, PT. International Nickel Indonesia jauh lebih mampu memenuhi kewajiban beban bunganya. Dengan melihat rasio ini, para kreditur tidak perlu ragu lagi apabila ingin memberikan bantuan dana kepada perusahaan dalam bentuk utang karena perusahaan berada dalam kondisi yang sangat mampu untuk membayar setiap beban bunganya. Setelah melihat rasio utang dan rasio laba terhadap beban bunga maka dapat kita simpulkan bahwa perusahaan lebih banyak mendanai aktivanya dalam bentuk hutang dibandingkan dengan perusahaan pesaingnya. Walaupun mendanai aktivanya dalam bentuk hutang, saat ini perusahaan berada dalam kondisi yang sangat mampu untuk membayar beban bunganya.

C. Pengembalian atas Ekuitas

Rasio pengembalian ekuitas saham biasa menggambarkan apakah para pemegang saham menerima pengembalian yang pantas atas investasi mereka. Dengan membandingkan rasio ini kita dapat mengetahui apakah pendapatan yang ada untuk pemegang saham lebih menarik dibandingkan perusahaan lain yang ada dalam bidang usaha sejenis. Pada tahun 2007 tingkat pengembalian ekuitas PT. International Nickel Indonesia adalah 0,846 atau 84,6% sedangkan pada tahun sebelumnya adalah 30,5%. Disini dapat dilihat bahwa tingkat pengembalian ekuitas makin baik di tahun 2007. Hal ini berarti perusahaan bisa memberikan tingkat pengembalian yang lebih menarik investor. Apabila dibandingkan dengan norma industri tahun 2007 sebesar 50,8% maka dapat disimpulkan pada tahun 2007 PT. International Nickel Indonesia memperlihatkan tingkat pengembalian yang lebih menarik dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan pesaingnya. Jika dilihat lebih jauh lagi ternyata PT. International Nickel Indonesia sejak tahun 2004 memiliki tingkat pengembalian bagi pemegang saham yang jauh lebih baik dibandingkan pesaingnya.

D. Gambaran Kondisi Perusahaan Secara Umum

Likuiditas PT. International Nickel Indonesia pada tahun 2007 dapat dilihat dari rasio lancar. Pada tahun 2007 perusahaan mengalami penurunan rasio lancar dan rasio cepat dan posisinya pun lebih rendah dari norma industri. Melihat hal ini dapat dikatakan perusahaan kurang liquid dibanding tahun sebelumnya. Tapi di sisi lain PT. International Nickel Indonesia memiliki perputaran piutang dan periode penagihan yang cepat dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya dan dibanding perusahaan pesaingnya, begitu juga perputaran persediaannya. Dengan mempertimbangkan rasio lancar dan rasio perputaran piutang dan persediaan, maka secara umum kondisi perusahaan dalam kondisi yang liquid. Perusahaan akan mampu melunasi semua kewajiban-kewajiban lancar yang dimilikinya dengan aset lancar yang ada. Likuiditas perusahaan yang baik juga sejalan dengan kondisi Profitabilitas perusahaan. Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai OIROI PT. International Nickel Indonesia yang makin meningkat dari tahun ke tahun hingga mencapai 84,2% di tahun 2007. Angka ini mencerminkan bahwa perusahaan memiliki tingkat efisiensi biaya produksi yang tinggi namun masih kurang bila dibandingkan dengan perusahaan sejenis.

Selanjutnya informasi yang kita dapatkan dari penghitungan rasio-rasio diatas adalah mengenai keputusan pendanaan aktiva. Berdasarkan rasio utang kita dapat menilai bahwa perusahaan lebih banyak mendanai aktivanya dengan utang dibandingkan dengan perusahaan sejenisnya. Walaupun begitu apabila kita melihat rasio laba terhadap beban bunga maka dapat diketahui bahwa saat ini perusahaan berada dalam kondisi yang sangat mampu untuk memenuhi setiap beban bunganya. Kondisi perusahaan bila dilihat daari rasio pengembalian atas ekuitas adalah pada tahun 2007 perusahaan mampu menawarkan tingkat pengembalian yang menarik bagi para pemegang saham dibandingkan dengan perusahaan sejenisnya. Jadi bila ditarik kesimpulan secara menyeluruh, saat ini kondisi keuangan PT. International Nickel Indonesia berada dalam kondisi yang baik. Lebih baik dari kondisi di tahun sebelumnya dan cukup baik dibandingkan     dengan            para     pesaingnya.

BAB III


PENUTUP






A. Kesimpulan Dan Saran

Rasio-rasio keuangan adalah alat yang sangat penting untuk menganalisis kondisi keuangan perusahaan. Rasio-rasio keuangan disini meliputi rasio likuiditas, rasio profitabilitas, keputusan pendanaan, dan rasio tingkat pengembalian atas ekuitas. Berdasarkan rasio-rasio keuangan, kondisi PT. International Nickel Indonesia pada tahun 2007 berada dalam kondisi yang lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya dan cukup baik dibandingkan dengan perusahaan sejenisnya. Analisis keuangan berdasarkan analisis DuPont juga menunjukkan pada tahun 2007 PT. International Nickel Indonesia memiliki tingkat pengembalian ekuitas yang baik yaitu sebesar 84,6%. Analisis rasio keuangan dalam makalah ini memiliki kelemahan yaitu data norma industri yang digunakan merupakan hasil rata-rata dari rasio keuangan PT. International Nickel Indonesia, PT. Petrosea, dan PT. Aneka Tambang karena itulah bisa saja analisis dengan perbandingan perusahaan sejenis bisa saja tidak akurat sesuai dengan kondisi di lapangan. Penulis menggunakan norma industri dengan rata-rata tiga perusahaan ini karena penulis tidak dapat menemukan norma industri perusahaan pertambangan nikel di indonesia. Atas kekurangan ini saya memohon pintu maaf yang sebesar-besarnya dan saya meminta saran yang bersifat membangun untuk hasil yang lebih baik di masa yang akan datang.

0 komentar:

Info Muda Mendunia

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.